Sepintas terbayang
saat aku masih kelas 3 SD yang berada di kolam ikan milik tetangga sebelah. Duduk di pinggir kolam melihat Galih yang sedang asik mengganggu beberapa
kura-kura yang memang berada satu kolam dengan ikan, sebenarnya aku tidak
menyadari jika aku sedang berduaan bersama dengan Galih. Tetapi ada Windy yang
datang mengagetkan kami
“Haha... Nita sama
Galih berduaan, ciieee”.
“Eh, eh.. ngaco lu Win”.
“Emang kenapa kalo
aku berduaan sama Nita. Masalah? Kita kan pacaran. Wek :P”.
“Eh, kapan kita
pacaran? Lu sama saja dengan Windy, kerjaanya ngaco mulu”.
Bersamaan dengan
kalimat itu aku berlari menuju rumah yng tak jauh dari rumah tetanggaku yang
tadi.
Aku tersadar dari
lamunan tersebut, setelah Sarah teman sekelasku datang mengagetkanku. Memang sebelumnya
aku berada di taman sekolah sambil membawa roti pisang yang baru setengah ku
makan.
“heh Nit, ngalamun
apa sih?”. Kata Sarah yang datang sambil memegang pundakku.
“eh, ngagetin aja lu
Sar. Ga ngerti aku tadi ngalamun apa”.
“boong lu Nit, eh lu
ngeliat Galih ga? Tumben dia ga keliatan, biasanya jam istirahat gini dia kan
sama elu Nit”.
“Emang elu kga tau
kalo Galih pindah sekolah?”
“ha,kaga tau lah
secara aku kan beda kela sama Galih, pantesan kaga nongol dia. Trus pindah Sekolah
ke mana?
“katanya sih ke SMA
22 BANDUNG, tapi kaga tau pastinya”.
“Yaelah, masa kaga
tau elu kan CS nya dari kecil”.
Tepat saat Sarah
selesai bicara bel tanda istirahat telah selesai, aku secepat kilat segera
menghabiskan roti yang memang masih seper empat bagian tersebut. Segera aku
masuk ke dalam kelas.
Di dalam kelas tanpaku
sadari aku kembali melamun, mungkin karena guru yang mengajar di kelas saat ini
adalah Pak Jawin, guru mata pelajaran PKn.
Dalam lamunanku aku
kembali di beberapa hari yang lalu saat di sekolah, jam istirahat tepatnya, ini
pertemuan terakhirku dengan Galih. Galih mengatakan kalau dia akan pindah
sekolah. Dan aku sempat melarangnya, tapi Galih menceritakan kepadaku kalau dia
tak bisa berbuat apa-apa, itu semua karena atas perintah Ayahnya.
Beberapa waktu lalu
aku sempat mendengar pembicaraan Ayah dan Ibuku jika kedua orang tuanya Galih
sedang ribut. Memang rumahku tak jauh dengan rumahnya Galih.
Tapi saat aku
bersama Galih saat terakhir kalinya, aku tak bisa menanyakan hal itu kepadanya.
Galih berjanji jika dia akan kembali bertemu denganku jika kami besar nanti. Entah
apa yang ada dipikiranya saat itu. Tapi dia mengatakan kalau dia mencintaiku. Sebenarnya
mungkin aku juga mencintainya. Tapi saat aku ingin mengatakan perasaanku ke
Galih bel masuk telah berbunyi. Tapi tak apalah, biar rasa ini aku pendam
sendiri.
Yang mungkin aku
pikirkan adalah arti Jika aku benar benar mencintai Galih. Untuk membuktikanya,
aku harus menunggunya. Ya mungkin hanya Menunggunya.
I Love You Galih <3
Ingin mengirim
cerpen ke kami? klik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar